Pada hari Rabu, 29 Juli 2020, Ikatan Mahasiswa Agronomi dan Pemuliaan Tanaman (IMAGRO) UGM mengadakan forum sharing dan diskusi dengan alumni Budidaya Pertanian UGM. Sharing Session #1 ini bertajuk ‘Ikut Organisasi, Buat Apa Sih?’. Pembicara kali ini ialah Tri Sabila Faiz, alumni Budidaya Pertanian UGM angkatan 2011. Mas Abenk, begitu sapaan akrabnya, kini menjabat sebagai Human Resources Analyst di PT Ruang Raya Indonesia (Ruangguru). Ia juga pernah menjadi Kepala Departemen Penguatan Internal IMAGRO pada tahun 2012. Pada Sharing Session #1 ini, Mas Abenk membahas pentingnya mengikuti organisasi untuk mengembangkan diri.
Menurut Mas Abenk, setiap individu memerlukan skillset yang berupa can do attitude, fast learner, communication, dan trust. Can do attitude merupakan sikap individu yang berani mencoba hal baru, juga berani menghadapi tantangan. Fast learner atau pembelajar cepat, sesuai artinya, merupakan kemampuan untuk mempelajari hal baru dengan cepat. Seseorang harus dapat mempelajari hal baru dengan cepat seiring dengan perkembangan teknologi. Communication ialah kemampuan individu untuk mengkomunikasikan idenya. Penggunaan intonasi dan kosakata yang tepat sangatlah penting karena dapat memengaruhi tanggapan pendengar. Yang terakhir ialah trust, yaitu kepercayaan orang lain kepada kita yang merupakan hasil yang kita dapatkan setelah menguasai ketiga skillset tersebut.
Mas Abenk juga menekankan pentingnya membangun kultur yang positif dan dapat diterima mayoritas orang dalam organisasi. Kultur organisasi yang positif ini dapat dimulai dengan membangun kultur positif dalam diri kita sendiri terlebih dahulu, yaitu ‘think big, do something, and move fast’. Kemudian, kita juga harus mengubah cara pandang kita terhadap masalah atau konflik dalam organisasi. Masalah dan konflik seharusnya tidak dipandang sebagai sesuatu yang negatif, tetapi dipandang sebagai dinamika sosial dan tantangan untuk bisa berkomunikasi dengan baik. Untuk mendapat kultur diri yang positif ini, ada rumus yang penting yaitu P = G + E, dimana P adalah karakteristik suatu individu, G adalah genotipe atau sifat bawaan individu yang diasah oleh E atau lingkungan tempat suatu individu berada. Setelah kultur diri, barulah kultur organisasi yang positif dibangun. Kultur organisasi yang positif ini dapat dibangun dengan cara melakukan survei; bagaimana kultur organisasi yang disukai orang. Selain itu, dilakukan pula branding organisasi.
Dengan memiliki skillset serta kultur yang positif, kita akan dapat mengetahui apa saja yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan atau mimpi kita. Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu faktor yang memengaruhi karakteristik seseorang ialah lingkungan tempat ia berada. Jika lingkungan seseorang positif, maka karakteristiknya akan positif pula. Salah satu cara untuk mendapat lingkungan yang positif ini ialah dengan berorganisasi. Organisasi akan menjadi salah satu jembatan untuk sampai pada tujuan atau mimpi kita, karenanya penting bagi mahasiswa seperti kita untuk mengikuti organisasi.