Pada tanggal 21 April 2017, Departemen Penelitian dan Pengembangan (Litbang) IMAGRO mengadakan Ngomah (Ngobrol Ilmiah) yang bertemakan “Permakultur, Pertanian Mandiri yang Teratur” . Mengundang narasumber praktisi permakultur dari Bumi Langit, Pak Iskandar Waworuntu. Acara ngobrol Ilmiah atau biasa dikenal dengan sebutan “Ngomah” ini diselenggarakan di Ruang Multimedia Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dan dihadiri oleh sebagian besar mahasiswa Budidaya Pertanian.
Tema pembahasan mengenai permakultur kali ini diangkat sebagai suatu upaya untuk menghidupkan kembali budaya permakultur yang kian luntur tergerus oleh zaman. Acara ini diselenggarakan dengan harapan untuk menyadarkan mahasiswa mengenai pentingnya pertanian yang terintegrasi dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keseimbangan lingkungan.
Lalu, apasih permakultur itu?
Permakultur pertama kali ditemukan pada tahun 1970 an sebagai gagasan yang dibentuk untuk menciptakan suatu mekanisme pertanian yang lebih baik karena kondisi lahan yang terus mengalami penurunan kualitas (degradasi lahan). Permakultur adalah suatu framework konseptual dari pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan melalui rancangan lanskap, pertanian organik, pertanian mandiri yang bersinergi (bekerja sama).
Tujuan utama dari permakultur ialah penciptaan pertanian permanen yang meningkatkan natural capital, modal pertanian yaitu alam sebagai media produksi pertanian melalui sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk generasi masa depan.
Di dalam permakultur aspek etika budidaya pertanian menjadi suatu hal yang fundamental. Etika budidaya diterapkan sebagai pedoman di dalam setiap kegiatan budidaya yang dilakukan. Etika yang diterapkan pada permakultur didasarkan pada tiga hal:
1. Care for the earth
2. Care for human
3. Fair share
Kepedulian pada alam, kepedulian kepada sesama, dan keadilan menjadikan suatu sistem yang mendorong manusia untuk membentuk suatu pertanian yang memanfaatkan kemampuan manusia secara efektif serta mengurangi ketergantungan pada energi yang tak bisa didaur ulang (minyak bumi, batubara, dll).
Prinsip desain permakultur dapat dirangkum menjadi 12 poin:
1. Mengembangkan desain berdasarkan hasil observasi interaksi antar komponen ekosistem yang sinergi
2. Menerima dan menyimpan energi alam (cahaya matahari, hujan, angin)
3. Memanfaatkan hasil pertanian dan menggunakannya sebagai energy terbarukan (bisa didaur ulang).
4. Efisien dalam pemanfaatan energi (tidak boros energi)
5.Mengedepankan penggunaan energi terbarukan
6.Zero waste production
7. Mempertimbangkan seluruh aspek secara menyeluruh
8. Mengedepankan integrasi setiap aspek
9. Menggunakan pupuk yang berasal dari alam
10. Menghindari monokultur
11. Memperhatikan peran tiap komponen yang biasanya tidak disadari kebermanfaatannya
12. Selalu tanggap dan mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan